Tahun lalu, untuk segmen menengah atas, Sony Ericsson menghadirkan peranti android Xperia X10. Tahun ini, beredar Xperia arc yang tipis, manis, dan—kata beberapa orang—seksi. Angka penjualan arc idealnya sama, bahkan melampaui, X10. Sebab, kinerja arc lebih prima. Spesifikasinya pun lebih menggiurkan.
Terakhir, arc justru dibanderol lebih murah daripada X10. Di awal kemunculannya, harga resmi X10 dipatok Rp 6,999 juta. Gerai-gerai ponsel acapkali menjualnya Rp 6,8 juta. Kini harga perdana arc “hanya” Rp 5,499 juta.
Kamera menjadi daya tarik utama arc. Peranti bersistem operasi android 2.3 alias Gingerbread itu dibekali kamera autofocus 8,1 megapiksel dengan sensor Exmor R. Bukaan lensanya yang sampai f/2,4 tergolong besar untuk sebuah kamera ponsel. Bila difungsikan sebagai perekam video, ia mampu menghasilkan rekaman high definition 720p.
Penulis mencoba kamera arc di dalam maupun luar ruangan. Kafe dengan pencahayaan temaram, ruang pertunjukan di studio XXI, dan benda mungil menjadi sasaran jepretan. Kesimpulannya, performa kamera arc sangat layak mendapatkan acungan jempol.
Layar 16,7 juta warna arc yang disokong oleh Sony Mobile Bravia engine mampu menghadirkan tampilan yang menawan. Namun, terus terang, sedikit di bawah ekspektasi awal penulis. Penulis tak memperoleh kesan wow saat kali pertama menatap layar sentuh kapasitif 4,2 inci beresolusi 854 x 480 piksel itu. Berbeda dengan, misalnya, ketika melihat LG Optimus 2X yang akan dipasarkan di Indonesia mulai bulan depan.
Prosesor Qualcomm MSM8255 1 GHz, bluetooth, Wi-Fi, GPS, konektor HDMI, dan konektor charger micro USB merupakan sebagian spesifikasi lain arc. Kapasitas memori internalnya 320 MB. Slot memori eksternal di peranti berdimensi fisik 125 x 63 x 8,7 mm dan berat 117 gram itu kompatibel dengan microSD berkapasitas sampai 32 GB.
Radio FM, aplikasi jejaring sosial, dan OfficeSuite yang berguna untuk membaca dokumen Microsoft Office juga tersedia di arc. Asalkan ditopang oleh layanan operator, pengguna bisa menikmati layanan HSPA dengan kecepatan unduh hingga 7,2 Mbps.
Ada satu hal yang membuat penulis penasaran saat menguji pakai arc. Pada dua di antara empat unit arc yang penulis utak-atik, saat ikon phone di home screen ditekan, terasa ada jeda hampir satu detik sebelum menu phone tersaji di layar. Padahal, kuartet arc itu sama-sama belum dijejali dengan banyak aplikasi maupun file multimedia.
Dengan memperhatikan plus minusnya, menurut penulis, harga perdana arc yang dipatok Rp 5,499 juta tergolong rasional. Harga rasional yang dipadukan dengan komunikasi pemasaran dan distribusi yang andal kelak pantas berbuah kesuksesan. Umpama arc ternyata gagal di pasar, berarti Sony Ericsson sedang sial. Mungkin perlu menjalani ritual tolak bala tuh.