Monokrom Belum Punah

Samsung, LG, Motorola, dan Sony telah lama tidak meluncurkan ponsel tipe baru yang menggunakan layar monokrom alias hitam putih. Amat mungkin mereka memang sudah menghapus ponsel berlayar monokrom dari daftar rencana pengembangan produk.

Hal berbeda 180 derajat dilakukan oleh Nokia. Sampai saat ini, mantan merek pujaan publik Indonesia itu masih menawarkan ponsel berlayar monokrom. Untuk melanjutkan kiprah Nokia 1280 yang sebenarnya masih tersedia di pasar, mereka menghadirkan Nokia 103.

Dalam pantauan penulis, 103 dijual di rentang harga Rp 200 ribu hingga Rp 210 ribu. Berbeda tipis dengan 1280 yang dijual Rp 190 ribu sampai Rp 200 ribu. Tampilan fisiknya tidak istimewa, bahkan terkesan hambar. Untung, ada garis berwarna oranye yang mengelilingi bodi 103. Akses itu mencuatkan kesan sedikit sporty.

Layar monokrom 103 berukuran 1,36 inci dengan resolusi 96 x 68 piksel. Lampu layar memancarkan cahaya putih ala lampu neon. Pencahayaan seperti itu, menurut penulis, lebih ramah mata dibandingkan bila layar diterangi lampu berwarna biru atau kuning kehijauan ala ponsel zaman dulu.

Di sisi atas ponsel terdapat konektor audio 3,5 mm dan lampu senter. Langkah tercepat untuk menyalakan lampu senter, tekan dan tahanlah tombol navigasi ke atas selama beberapa detik. Cahaya yang dipancarkan pantas dikategorikan terang. Sementara itu, di sisi kanan bodi terdapat konektor charger dua milimeter alias colokan bundar kecil ala Nokia.

Pengguna pantang iseng mencari kamera dan slot microSD di ponsel itu. Pengguna sebaiknya juga tak perlu menghabiskan waktu untuk menemukan menu bluetooth, 3G, atau Wi-Fi. Dijamin tidak ada. Jangankan 3G, berinternet via layanan GPRS pun mustahil dilakukan di 103 kok.

Toh kalau satu per satu menu 103 ditelusuri, sebenarnya ponsel itu tetap mempunyai fitur yang cukup menarik. Dua di antaranya patut mendapatkan perhatian lebih. Apa saja? Pertama, penjadwal pengiriman SMS. Pengguna bisa mengetikkan SMS sekarang, namun baru mengirimkannya secara otomatis berjam-jam kemudian.

Kedua, ponsel berdimensi fisik 107,2 x 45,1 x 15,3 mm dan berat 76,57 gram itu dibekali fitur screening list. Nomor telepon milik orang tak disukai tinggal dimasukkan ke sebuah daftar khusus. Bila kelak nomor itu menghubungi pengguna, ponsel takkan berdering maupun bergetar. Di seberang sana, penelepon tetap mendengar ada nada sambung.

Lain waktu, kalau nomor yang telah dimasukkan ke “daftar musuh” mengirimkan SMS, SMS itu otomatis akan dimasukkan ke folder screened messages. Pengguna tak sampai terganggu karena ponsel tidak memberikan notifikasi apa pun.

Buku telepon 500 nama multiple entry, kalender, alarm, kalkulator, dan konverter adalah sebagian fitur lain 103. Ada pula timer, stopwatch, dan radio FM. Di kala senggang, pengguna dapat memainkan tiga game bawaan yang telah dibenamkan. Silakan pilih lebih menyukai Bounce, Rapid Roll, atau Snake Xenzia.

Untuk mengetahui waktu terkini, selain melihat penunjuk waktu di layar, pengguna bisa memanfaatkan speaking clock. Ketika keypad ponsel terbuka, tekan dan tahan tombol * selama beberapa detik. Ponsel bakal menyuarakan waktu saat itu.

13 thoughts on “Monokrom Belum Punah”

  1. Jika Nokia ingin tetap bermain di monokrom ada baiknya model lawas contohnya model Nokia 8210 atau 8250 di hidupkan kembali, sebab sampai sekarang masih banyak peminatnya untuk di koleksi.

  2. Pak Deko,

    Setuju. Dua model itu mestinya dilahirkan kembali ya. Tentu kini harga sudah bisa lebih murah. Untuk membedakan dengan yang lama, tipenya mungkin bisa dibuat jadi 8210R atau 8250R. R = reborn alias lahir kembali. 🙂

  3. maaf pak saya mau tanya, kalau hp monokrom yang layarnya 2 inch kira-kira merek apa ya..? Soalnya hp yang layar monokrom baterainya irit sekali…trims…

  4. Pak Alung,

    Terus terang saya tak tahu apakah ada ponsel sesuai kriteria Bapak. Sebab, saat ini ponsel monokrom kan relatif terbatas.

    Yang dalam pantauan saya masih mudah ditemukan di pasar adalah Nokia 1208, 103, dan Alcatel OT-090. Tetapi, ukuran layarnya kurang dari dua inci.

  5. Mantap, jadi pengen punya 103. Saya sebenarnya udah beli tipe 105, cuma karena bosen pengen ganti 103 deh lebih ramping.

  6. setuju sekali bila hp layar monokrom di produksi lagi..dijamin pasti laku keras……..soalnya banyak yg cari..org sekarnng sudah pada bosen smartphone yg melenceng dari kegunaanya..justru smartphone kini menjauhkan yg dekat..mendekatkan yg jauh,,tapi setelah jumpa dijalan pada tdk kenal…dalam artian komukiasi dng smartphone tidak live..contoh bbm.line..wechat..dll..karena malas call..soalnya ada yg lebih murah….

  7. Saat ini saya juga sangat tertarik pak untuk memburu Nokia 103 ini. Selain karena 103 adalah ponsel monokrom terakhir dari Nokia (sebelum dibeli Microsoft) saya hanya butuh fungsi telepon dan SMS saja.

    Tapi memang aneh kalau melihat tren masa kini dimana Smartphone canggih dengan segudang fitur bisa dijejalkan ke dalam bodi setipis kurang dari 1cm (bahkan ada yang sampai 0,5cm), malah HP basic dengan layar monokrom memiliki bodi yang tebal (rata-rata 1,5cm).

    Pasti akan sangat banyak sekali peminatnya seandainya pabrikan ponsel merilis HP candybar dengan layar monokrom yang lebar (di atas 2″) dan bodi yang tipis (dibawah 1cm) tanpa fitur atau fasilitas yang aneh-aneh. Termasuk saya diantaranya.

  8. setuju, monokrom 2″ atau lebih, body tipis, layar tampak jelas saat terik matahari, ada lampu senter, radio, dan ringtone monophonic.
    Mode: rindu nokia 3310, ericsson, siemens c 35

Comments are closed.