Ramah Tangan, Tak Ramah Mata

Kecil itu imut. Kecil itu lucu. Ya, kalau yang dibicarakan adalah boneka atau anjing peliharaan, kecil memang sesuatu yang menarik. Namun, bila yang dibahas adalah ponsel, ponsel berukuran kecil seringkali justru tidak menyenangkan. Dimensi fisik yang mungil membuat sebuah ponsel kurang nyaman digenggam. Tombolnya pun tak mudah ditekan dengan akurat.

Untunglah hal serupa tidak terulang di TiPhone T20. Biarpun berukuran mungil, penulis yang berjari tangan besar masih merasa cukup nyaman menggenggamnya. Penulis juga tak kesulitan menekan keypad ponsel dual on GSM-GSM itu.

Satu hal yang penulis keluhkan, ukuran huruf yang tersaji di layar T20 terlalu kecil. Andaikan tampilan huruf di layar 1,44 inci itu lebih tebal atau lebih besar, mata penulis dan pengguna lain pasti akan merasa lebih nyaman.

Pada pandangan pertama, bodi T20 terlihat elegan, kukuh, dan mewah. Kesan itu diperkuat dengan penutup baterai yang terbuat dari logam. Di sisi kanan bodi tersedia dua macam konektor charger. Satu berwujud mini USB, satu lagi berupa konektor bundar kecil alias dua milimeter ala Nokia.

Ketika tombol power ditekan, lalu ponsel mulai aktif, bakal terlihat logo Telkomsel dan terdengar suara “dari Telkomsel”. Meski demikian, ponsel tersebut berstatus unlocked. Dua slot kartu yang tersedia bebas dipadukan dengan kartu SIM keluaran operator GSM apa pun.

Wallpaper bawaan T20 hanya satu macam dan lagi-lagi berlogo Telkomsel. Spesifikasi lain ponsel itu, di antaranya, radio FM, perekam video, bluetooth, black list, dan kamera 1,3 megapiksel.

Terkait kamera, ada satu kejanggalan yang penulis jumpai. Objek foto yang dipastikan tegak lurus, kala dibidik via kamera, di layar T20 bakal terlihat miring ke kiri sekitar tiga derajat. Demikian pula hasil fotonya.

Kotak masuk SMS dua nomor yang terpasang dicampur. Untuk mengetahui suatu SMS ditujukan ke nomor mana, pengguna cukup melihat angka 1 atau 2 di ujung kiri baris SMS.

Pengguna yang gemar memanfaatkan lagu kesukaan sebagai nada dering bisa meneruskan kebiasaannya di T20. Sebab, file MP3 dapat ditambahkan menjadi nada dering telepon maupun nada SMS. Ragam nada untuk dua nomor yang siaga bisa dibedakan.

Sementara itu, untuk mencegah isi SMS dibaca oleh orang lain, pengguna dapat mengoptimalkan fitur privacy. Pengaktifan fitur tersebut memungkinkan pengguna membatasi akses ke riwayat panggilan, SMS, kamera, kontak, file manager, dan kalender.

Kapasitas buku telepon T20 tergolong kecil, hanya seratus nama multiple entry. Padahal, saat ini, ponsel murah meriah pun biasanya sudah dibekali buku telepon berkapasitas minimal 500 nama multiple entry.

Ponsel itu juga tidak menyediakan memori internal yang dapat digunakan untuk menyimpan file multimedia. Pengguna sepenuhnya menggantungkan diri pada kartu microSD yang dipasangkan. Tanpa microSD, sekadar menyimpan satu foto hasil jepretan kamera ponsel pun, T20 tak mampu melakukannya. Apalagi, menampung koleksi lagu yang ukuran filenya tentu lebih besar.

Saat ini T20 dipasarkan di kisaran harga Rp 299 ribu. Ponsel yang pantas diberi label ramah tangan, tetapi tidak ramah mata itu, lebih sesuai difungsikan sebagai ponsel cadangan. Dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangannya, ia kurang cocok diposisikan sebagai ponsel utama.

Satu pesan tambahan dari penulis, jangan sekali-kali membelikan T20 untuk kakek nenek atau oma opa tercinta. Niat hati membahagiakan mereka, namun hasilnya justru menyengsarakan. Kecuali, Anda memang ingin selalu dekat dengan kakek dan nenek. Setiap kali hendak mengoperasikan T20, mereka pasti akan memanggil Anda. Kalimat seperti “Nak, tolong pencetkan nomor ini” atau “Cu, tadi ada SMS masuk. Isinya apa ya?” bakal lebih sering terdengar.

21 thoughts on “Ramah Tangan, Tak Ramah Mata”

  1. jika diamati ukuran mungilnya berbanding dengan tangan Oom HSW yang besar yang di foto itu mungkin seukuran Haier C2000 ya, Oom?

  2. Pak Dennykoi,

    Haier C2000 itu yang dulu dibundel dengan Fren/Hepi kan. Panjang dan tebalnya mungkin mirip. Namun, T20 tidak selebar C2000.

  3. He.. he.. apa nggak terlalu berat Pak kalau dijadikan gantungan kunci. Khawatirnya lubang kunci di kendaraan jadi cepat longgar.
    Kecuali, T20 itu dijadikan gantungan kunci rumah/kantor.

  4. Kalo masalah ketahanan baterainya gmn ya?dan kalo boleh tahu belinya di mana ya?tadi sempat cari di wtc tp gak ada yg jual.terima kasih.

  5. Pak Mei Kristanto,

    Daya tahan baterai sekitar 1,5 hari, bergantung perilaku pemakaian. Kalau di WTC Surabaya, dulu saya melihatnya di Garuda Teknik lantai 1 Galeria.

  6. setelah muter dapat harga 275, di galeria antara samsung dan apollo, beberapa kali saya ambil hp lokal disitu harganya lebih miring, dan sepertinya juga suplier karena beberapa kali orang datang mengambil hp dalam jumlah banyak.

    kesan pertama body emang elegan, tapi yang saya keluhkan bukan layarnya tapi tombolnya yang agak keras, padahal secara ukuran mungkin jari2 saya hampir sama dengan jari2 om HSW, jempol semua hehehe

  7. Bos Rofas,
    * Oh ok.
    * Ingat nama tokonya, Bos?
    * Waks… lha kok bisa. Hari ini juga langsung klaim ke toko, Bos. Kalau baru klaim besok, pasti akan banyak alasan dilontarkan.

  8. Bu Sisca, rencana dibawa ke negara mana?

    Asalkan bukan Jepang, Korea, atau AS, seharusnya tetap bisa dipakai.

  9. Ngakalin phonebook nya yg sedikit gimana? Apa bisa disimpan di memory card? Biar muat banyak.

  10. Pak Yudi, tak bisa diakali maupun disimpan ke kartu memori. Jadi, ya pintar-pintarnya pengguna deh. Sebagian nomor disimpan di memori telepon, sebagian lagi di kartu SIM.

    • Pak Dicky,

      Saya tak menjamin tersedia, tetapi tidak ada salahnya mencoba mencarinya di gerai TiPhone di WTC lantai 3. Saya lupa nomor ruangannya. Lokasinya di lorong yang berdekatan dengan eskalator dan toko bernama Centro.

Comments are closed.