Meskipun sudah bertahun-tahun menawarkan tablet dan ponsel Android, Axioo masih identik dengan merek laptop. Padahal, di atas kertas, spesifikasi ponsel Axioo tidak kalah dengan merek lokal lain yang lebih populer. Misalnya, Evercoss (dulu Cross), Mito, dan IMO.
Axioo PICOphone 4 GDX pantas dijadikan salah satu contoh. Spesifikasinya cukup menggiurkan. Di antaranya, prosesor empat inti (quad core) MediaTek MT6589 1,2 GHz, RAM 1 GB, ROM 4 GB, selot microSD, dual on GSM-GSM, dan mendukung layanan 3G. Selot SIM1 GDX memanfaatkan kartu SIM berukuran mini, sedangkan selot SIM2 menggunakan kartu SIM mikro. Pengguna bebas menentukan selot SIM mana yang dapat mengakses jaringan 3G, baik untuk berinternet maupun ber-video call.
GDX juga dibekali Wi-Fi, bluetooth, GPS, dan kamera ganda. Kamera di bagian belakang GDX mampu menghasilkan foto beresolusi lima megapiksel dan klip video HD720p. Kamera tersebut dilengkapi fokus otomatis dan lampu kilat. Sementara itu, kamera di sisi muka ponsel dapat memproduksi foto dan klip video yang masing-masing beresolusi VGA saja.
Spesifikasi lain ponsel Android 4.2.1 Jelly Bean itu, antara lain, layar sentuh 4,5 inci beresolusi 960 x 540 piksel dan radio FM yang sanggup merekam siaran. Beberapa permainan telah diinstalasikan dan langsung siap dimainkan. Pilih saja, lebih suka Candy Crush Saga, Dino Island, atau Subway Surf. Saat ulasan ini diketikkan, rentang harga jual GDX Rp 1,75 juta sampai Rp 1,8 juta.
Biarpun berbodi plastik, penampakan GDX tergolong lumayan. Tak sampai terkesan ringkih. Namun, terus terang penulis terganggu dengan garis berwarna merah di sekeliling bodi plus lensa kamera. Warna merah yang terkesan kampungan itu membuat “tingkat kegantengan” GDX turun satu tingkat.
Tampilan layar GDX tergolong nyaman dipandang mata. Layar sentuh itu juga responsif terhadap sentuhan jari. Ruang penyimpanan ponsel dibagi dalam dua partisi, internal storage dan phone storage. Saat ponsel kali pertama diaktifkan, sebanyak 0,7 GB di antara 0,98 GB internal storage berstatus kosong. Sedangkan kapasitas phone storage yang praktis belum terpakai mencapai 1,7 GB.
Berbincang soal kamera, kamera belakang GDX sukses menghasilkan foto yang cukup bagus. Sayang, fokus otomatisnya agak lambat sehingga pengguna berpotensi kehilangan momen. Berbeda 180 derajat dengan kamera belakang, performa kamera depan GDX pantas dilabeli buruk.
Selama berhari-hari penulis memakai GDX, ia selalu gegas. Beralih dari satu aplikasi ke aplikasi lain dapat dilakukan dengan lancar. Ponsel tersebut tak pernah bengong sesaat, mendadak restart, apalagi sampai hang. Sekali diisi ulang sampai penuh, baterai bawaan yang berkapasitas 1.700 mAh mampu menyalakan GDX selama 9-10 jam.
Betapa pun, ponsel berdimensi fisik 138 x 71,4 x 9,7 mm dan berat 136 gram itu tak luput dari kekurangan. Penulis menjumpai aneka keanehan dan keterbatasan yang berhubungan dengan baterai dan proses charging. Pertama, ponsel itu hanya mampu menerima arus 500 mAh. Jadi, mau diisi menggunakan charger bawaan atau charger ponsel lain yang lebih cepat, waktu yang dibutuhkan untuk men-charge baterai GDX sampai penuh tetap sekitar empat jam. Tergolong sangat lambat untuk sebuah ponsel keluaran terkini.
Kedua, ketika daya baterai tersisa belasan persen, ponsel nyaris selalu tiba-tiba padam. Ketiga, sejak ponsel dihubungkan dengan charger sampai muncul indikator charging di layar ponsel, dibutuhkan waktu rata-rata lima menit. Lama sekali!
Masih ada lagi. Suatu hari, menjelang tidur penulis mematikan GDX. Sekitar enam jam kemudian, saat penulis bangun dan mengaktifkan ponsel kembali, kapasitas baterai ternyata sudah berkurang 15 persen. Padahal, sebelumnya ponsel pasti telah padam dan tidak digunakan.
Bila kelak Anda membeli GDX dan kesulitan menemukan jelly case yang didesain khusus untuk ponsel itu, Anda boleh mencoba jelly case BlackBerry Z10, Lenovo P770, atau Samsung Galaxy S4. Meskipun tidak presisi, setidaknya bodi ponsel Anda terlindung. Satu hal yang pasti, Anda wajib melubangi jelly case supaya kamera GDX tidak tertutup.
***
Paket penjualan terdiri atas ponsel, baterai, kepala charger 500 mA, kabel micro USB, handsfree berkabel, dan screen protector.
***
Berikut beberapa contoh hasil foto GDX.
Etalase di sebuah mal.
Magnet hiasan kulkas di rumah.
Ternyata minuman ini masih eksis sampai sekarang ya. Bentuk botolnya sudah berubah sih.
Listrik di rumah padam selama empat jam. Saatnya menyalakan lilin. Pemotretan dilakukan tanpa lampu kilat.
Kondisinya sama dengan foto di atas, tetapi kali ini menggunakan lampu kilat.
Yang ini hasil jepretan kamera depan.
***
Screen capture Android Sensor Box, Antutu Benchmark, dan Quadrant Standard Edition.
Pak Herry, hehe…akhirnya review axioo juga. Soalnya saya juga pernah pake produk handphone axioo yang Picopad GCE, ternyata kekurangannya hampir mirip. Kalo buat saya itu berkaitan dengan kenyamanan pengguna. Kira-kira secara umum kinerja Axioo rekomen buat beli ato nggak pak Herry? terima kasih.
Pak Dinno,
Wah, sisi minus GCE mirip dengan GDX ya?
Direkomendasikan untuk dibeli atau tidak? Yang mana nih? GDX? Kalau harganya Rp 1,3 juta (seperti harga promo menjelang Tahun Baru Imlek dan Hari Kasih Sayang lalu) dan tak keberatan dengan aneka kekurangan yang sudah saya sebutkan, silakan dibeli. Namun, kalau harganya Rp 1,75 juta, hmm… nggak deh.
Dear Bang Herry,
Saya adalah penikmat review-review dari Bang Herry yang rutin muncul di Tabloid Nyata. Dari tulisan-tulisan Bang Herry itulah, meskipun saya bukan tipe orang yang sering gonta-ganti hape, saya jadi tidak terlalu gaptek soal perkembangan gadget yang ada di pasaran.
Begini Bang, sebentar lagi istri berulang tahun dan saya berniat memberinya kado berupa hape baru. Sementara hape yang saat ini dia pake akan saya akuisisi untuk menggantikan hape saya yang sudah sering bermasalah untuk berkomunikasi.
Oleh karenanya, saya mohon pencerahan dari Bang Herry tentang hape apa yang sebaiknya saya beli jika budget yang saya miliki tidak lebih dari Rp 1 juta?
Sekedar bahan pertimbangan, hape yang sekarang istri pake adalah Samsung Corby II GT-S3850. Selama menggunakannya, dia mengeluh pada fasilitas internet yang sering gagal browsing meskipun sinyal jaringan penuh dan pulsa pun terisi cukup. Selain itu, kamera yang tersedia juga sulit untuk fokus pada obyek, disamping harus benar-benar diam pada saat pengambilan gambar.
Sebenarnya saya sudah mencoba untuk berburu informasi sendiri. Beberapa spesifikasi seperti yang ada pada Nokia Asha 501, Asha 502, Asha 503, Nokia C5-03, Lenovo A390, dan Lenovo A690 sempat membuat saya tertarik. Namun, saya juga tidak yakin mereka memang benar-benar lebih baik daripada Samsung Corby II, terutama dari segi fasilitas internet, gambar dan kamera, serta audio.
Pak Iwan,
Sinyal penuh dan pulsa masih ada, tetapi sulit browsing, juga sangat dipengaruhi oleh kinerja layanan operator yang dipakai lho. Sinyal penuh tidak menjamin layanan internet bakal lancar.
Dengan anggaran yang Anda sebutkan, menurut saya, silakan mengerucutkan pilihan ke Acer Liquid Z2 (harga baru sekitar Rp 750 ribu) atau Lenovo A369 (Rp 900 ribuan).
Asha 501 silakan dicoret karena kurang nyaman. Ia ibarat ponsel biasa yang ingin jadi smartphone.
Asha 502 dan Asha 503 dicoret karena belum beredar.
C5-03 dicoret karena sudah tidak tersedia lagi. Kalau pun ada yang masih punya stok baru, harga jualnya sekitar Rp 1,5 juta.
A390 dicoret karena telah diskontinyu dan digantikan oleh A369.
A690 dicoret karena memori internalnya kecil sekali.
Acer Liquid Z2 sekarang ganti nama jadi Acer Z120 ya Om? kayaknya kq spesifikasinya sama ya, aq lihat di situs erafone jg gak nemu Liquid Z2. soal daya tahannya gimana Om? agak trauma jg beli merek lokal (Cross) begitu sampe rumah LCD-nya bermasalah. Tablet Bapakku juga, baru 1-2 bln baterenya udah keok.
Bu Arin,
Tidak ganti nama kok. Nama lengkapnya Acer Liquid Z2, sedangkan nama lainnya memang Z120.
He… he… Acer tentu nggak cocok kalau dibandingkan dengan Cross (kini Evercoss) yang mengaku berstandar Eropa itu. Mending beli Acer deh.
hehehe…
di Semarang, sy udah buru Acer Liquid Z2 di semua outlet erafone, kosong semua Bang. di konter lain juga belum nemu. ada yg ready stock (erafone juga) tp beli online, takutnya kalo barang diterima kemudian dibuka ada yg gak beres gak bisa lgsg komplain. hehehe…
Pak Iwan,
Erafone.com mestinya aman kok. Namun, kalau ada kekhawatiran seperti itu, saya belum punya alternatif solusi sih.
Pak Iwan,
Sudah coba cari di toko-toko biasa? Misalnya, di Plaza Simpang Lima?
Acer Z2 dg Acer Z3/103 beda prinsipny dmna y pak herry? spekny mirip, tp d tegal selisih 200rb’an. berani ambil yg mana?
Bu Rida,
Beda di prosesor (single core versus dual core), kecepatan maksimal internet (7,2 Mbps vs 21 Mbps; di sini sih 7,2 Mbps sudah lebih dari cukup), dan kapasitas baterai (1.300 mAh vs 1.500 mAh).
Harga pasar Z2 saat ini sekitar Rp 775 ribu. Anda dapat penawaran Z3 di harga berapa? Kalau kurang dari Rp 1 juta, silakan ambil Z3 sekalian deh.
Saya pengguna axioo gedex(panggilannya di forum), menurut saya hh ini cukup bagus. Wajar dengan harga segitu. Dan memang betul kekurangannya seperti itu. Untuk warna merah menurut saya menambah keelegenan hh ini. Spesifikasi hh ini hampir sama kayak imo s89 miracle.
Pak Fauzi Hadi,
He… he… saya malahan baru tahu kalau ponsel Axioo tersebut punya panggilan keren: Gedex. Berarti, kalau memakainya mesti sambil menggelengkan kepala dong, Pak. 🙂
mas, jelly case yg paling cocok buat gdx ini apa ya ?? kalo pake yg punya p770 sudah pas apa belum ?? kameranya tertutup apa tidak ?? makasih
Pak Faris,
Hmm… saya harus menggali ingatan nih.
Bila tak salah ingat, yang pernah saya coba:
1. Jelly case BlackBerry Z10. Tidak longgar, tetapi saya perlu memotong jelly case-nya agar tombol di sisi kanan ponsel tidak tertutup lagi.
2. Jelly case Lenovo P770. Yang ini tak perlu potong memotong, tetapi agak longgar.
Kamera apakah tertutup? Seingat saya, baik pakai jelly case Z10 maupun P770, kamera sama-sama tertutup.
Eh, baru sadar, ternyata di naskah review saya sempat membahas tentang jelly case, komplet dengan fotonya ya. Dan setelah saya cek, ingatan saya tidak salah. 🙂
Pak HSW, sekarang nih HP bekas review ada di saya, hahahahaha
Bahkan, jelly case yang bekas Z10, yang udah di potong seperti di foto pun masih ada, hihihihi
Pak Taufan Irianto Siswadi,
Wah, sekarang Axioo-nya sudah sampai Makassar. Berarti, sudah berganti berapa majikan ya.
Pak HSW, Axioo Venge sudah rilis. Fitur andalannya 4G & RAM 3GB harga 2,2 juta, cukup menarik tho. Tapi karena bapak belum uji pakai saya gak kan minta pendapat kok 🙂 Dari berita2 kayaknya mereka mau buat ekosistem sendiri, online store, OS & user interface sendiri. Visinya sebagai produk lokal yang go global kelihatannya bagus. Nah gimana menurut penilaian pak HSW & apa rekam jejak mereka selama ini bagus?
Pak Adrian,
Axioo pernah bagus, tetapi kemudian menurun. Kondisi sekitar setahun terakhir tidak saya ketahui. Sebab, waktu melihat harga jual yang dipatok, saya sudah tak berani lagi mencobanya.
Trims jawabannya Pak, Wah kalau Axioo kurang bagus, apa ada merk ponsel lokal yang menurut bapak bagus atau sebaiknya cari merk global yang murah? Ah, saya berharap kita bisa seperti India yang punya ponsel merk lokal dapat bersaing dengan merk global. Btw, saya apresiasi atas tampilan baru blognya 🙂
Pak Adrian,
Untuk saat ini, saya lebih menyarankan Anda mencari ponsel merek global atau merek Tiongkok yang reputasinya bagus (misalnya, Xiaomi).