Seandainya Bermerek Lain

Kalau kehadiran Samsung Galaxy S III dinantikan dan disambut dengan gegap gempita, hal bertolak belakang terjadi dengan LG Optimus 4X HD alias P880. Kedatangannya ke Indonesia sunyi sepi. Seolah datang tak dijemput, pulang tak diantar.

Kondisi itu memantik rasa penasaran penulis. Satu pertanyaan utama ingin penulis cari jawabannya. Mengapa Optimus 4X HD nyaris tak terdengar? Apakah karena produk tersebut memang buruk atau semata-mata dipicu masalah popularitas merek yang berhubungan dengan citra dan distribusi?

Saat mulai menggenggam Optimus 4X HD, penulis merasa tak ada yang salah dengan ponsel itu. Tampilan fisiknya cukup bagus. Finishing bodinya juga relatif prima. Di sisi atas terdapat konektor audio 3,5 mm dan tombol power. Tombol volume berada di bagian kiri, sedangkan konektor micro USB dapat dijumpai di sisi kanan bodi.

Optimus 4X HD memanfaatkan layar sentuh 4,7 inci true HD IPS. Layar beresolusi 1.280 x 720 piksel itu mampu menampilkan tulisan maupun gambar dengan tajam sekaligus cemerlang. Ia juga responsif terhadap sentuhan jari.

Sepasang kamera dibenamkan ke ponsel berdimensi fisik 132,4 x 68,1 x 8,9 mm dan berat 133 gram itu. Kamera utama yang berada di bagian belakang memiliki fitur autofocus dan dilengkapi lampu kilat. Ia sanggup memproduksi foto beresolusi sampai 3.264 x 2.448 piksel alias delapan megapiksel.

Bila difungsikan sebagai perekam video, kamera tersebut mampu menghasilkan klip video full HD 1.920 x 1.080 piksel. Hal yang menarik, selama proses perekaman video berlangsung, pengguna dapat sekaligus melakukan pemotretan. Foto yang dihasilkan beresolusi maksimal 1.920 x 1.080 piksel atau setara dengan 2,07 megapiksel.

Satu kamera lain Optimus 4X HD berada di sisi muka ponsel. Kamera itu tanpa autofocus maupun lampu kilat. Ukuran foto terbesar yang mampu dihasilkannya 1.280 x 960 piksel alias 1,3 megapiksel. Kalau mau, pengguna juga bisa memfungsikan kamera itu untuk memproduksi rekaman video beresolusi HD 1.280 x 720 piksel.

Prosesor menjadi salah satu poin yang paling sering ditonjolkan oleh para produsen ponsel. Optimus 4X HD memanfaatkan prosesor quad core 1,5 GHz. Berarti, ia sebenarnya mengungguli Samsung Galaxy S III yang “hanya” menggunakan prosesor quad core 1,4 GHz.

Radio FM, GPS, Wi-Fi, Near Field Communication (NFC), nVidia Tegra 3, RAM 1 GB, dan memori internal 16 GB adalah sebagian spesifikasi lain Optimus 4X HD. Total memori penyimpanan internal yang leluasa dioptimalkan pengguna mencapai 12,26 GB. Sebuah slot microSD disediakan untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang haus memori. Slot itu kompatibel dengan kartu memori berkapasitas hingga 32 GB.

Saat sehari-hari memakai ponsel bersistem Android 4.0 Ice Cream Sandwich tersebut, pengguna dapat membisukan ponsel, mematikan suara alarm, atau mematikan video yang sedang diputar dengan sangat mudah. Kala nada dering berbunyi karena ada panggilan masuk, contohnya, pengguna cukup membalikkan ponsel. Ponsel spontan akan sunyi.

Sementara itu, untuk mengolah dokumen, pengguna dapat memakai aplikasi Polaris Office yang telah disiapkan. Aplikasi itu bukan sekadar mampu membaca file dokumen, melainkan bisa pula membuat file dokumen, spreadsheet, dan presentasi baru. Ia kompatibel dengan Microsoft Word, Excel, dan PowerPoint di komputer.

Sumber tenaga Optimus 4X HD berasal dari baterai berkapasitas 2.150 mAh. LG mengklaim telah menggunakan teknologi SiO+ di baterai ponsel itu. Sehingga, mereka dapat menawarkan baterai dengan kapasitas lebih besar, namun tetap relatif tipis.

Ponsel yang mendukung layanan HSDPA itu tergolong sukses memuaskan penulis yang menguji pakainya. Tak ditemukan kekurangan fatal pada Optimus 4X HD. Saat ini ponsel tersebut dijual dengan harga ritel yang disarankan Rp 5,999 juta. Harga pasar terendah yang penulis temukan Rp 5,775 juta. Menjelang Lebaran, sebuah jaringan ritel berskala nasional sempat menawarkannya dengan harga promo Rp 5,499 juta.

Meskipun sudah dijual di bawah banderol dan lebih murah sekitar Rp 1 juta daripada Galaxy S III, harus diakui kalau nasib Optimus 4X HD tak sebagus kawan dan musuh senegaranya itu. Tak banyak toko yang bersedia kulakan Optimus 4X HD. Lebih banyak lagi pemburu Android high end yang sama sekali tidak melirik ponsel itu.

Seandainya ia bermerek Samsung Optimus 4X HD, mungkin kondisi nyata di lapangan bakal berubah 180 derajat. Jangankan Rp 5,999 juta, dipatok Rp 6,999 juta pun ia tetap dicari. Malang benar nasibmu, LG.

19 thoughts on “Seandainya Bermerek Lain”

  1. Pak Arif,

    Terima kasih atas responsnya.

    Yang full HD itu kamera depan atau kamera belakang, Pak? Saat saya coba, kamera depannya “hanya” bisa HD. Kalau kamera belakang memang bisa full HD.

  2. Kesalahan LG dari awal penjualan ponsel android karena support untuk upgrade firmware hampir tidak pernah atau sangat lambat.

  3. Sebetulnya malah bagus buat konsumen yg cari barang bagus tp harga lebih rehdah. Nmn seperti om henry pernah bilang,memang susah meyakinkan orang kl tdk sema produk samsung itu bagus,tapi lebih susah lagi meyakinkan org kl LG punya prodk bagus

  4. Tahun lalu saya masi suka racunin org utk smartphone LG. Tp tahun ini, saya hanya bs blg “saya prihatin” :p

  5. Pak Ronny Tanjung,

    Entah mengapa, tahun ini saya melihat LGEIN-nya sendiri terlihat setengah hati dalam menangani ponsel ya.

  6. Padahal di home appliaNce , LG pny strategi pasar bagus dan menarik…barangnya pun lbh murah dgn kualitaz yg sama

  7. Pak Val,

    Benar. Di perangkat elektronik non-ponsel, LG terlihat bertaji. Televisi di rumah saya bermerek LG.

  8. terkadang klo kelas high end harga malah pengaruh pak
    pasar itu harga sudah ga masalah
    jd pasar itu beranggapan utk ponsel high end hrs mahal

    saya klo beli yg murah pasti liat spek banding sini banding sana
    tp klo yg mahal, liat merk n harga (merk terkenal, harga tinggi)
    biar nyaman pak.

    dan lagi harga jual kembali pak
    bekas nya pasti lebih mahal samsung dr pada LG

  9. Pak Pramana,

    Maaf baru merespons hari ini. Dua hari terakhir blog Ponselmu.com ini sedang dalam proses perpindahan server hosting.

    Yup, jual ponsel Samsung bekas jauh lebih mudah daripada menawarkan ponsel LG bekas. Harga jualnya pun nyaris pasti lebih tinggi.

  10. emang samsung lagi ngetren, waktu jalan di roxy, banyak toko nempel logo samsung, beda tahun lalu yg kebanyakan masang logo blackberry. kalau home appliance saya lebih milih LG dari samsung.

  11. INFO: karena ada masalah di database blog ini, mayoritas komentar yang dikirimkan pada 19-21 September 2012 hilang dan gagal diselamatkan.

  12. 1. daya tahan baterainya berapa lama? saya pernah membaca artikel bahwa LG Optimus 4X HD lebih boros dari HTC One X, padahal dengan prosesor sama dan kapasitas baterai yang lebih besar, 2.150 mAh vs 1.800 mAh.
    2. apakah hasil foto terlau kontras?

    saya tertarik dengan ponsel ini, apalagi harganya sudah turun kisaran 4,8 jt.

  13. Pak Gema,

    1. Dengan perilaku pemakaian ala saya, baterai bertahan mulai pagi sampai menjelang sore. Saya belum pernah memakai One X sehingga tak bisa membandingkannya.

    2. Warna pada hasil foto terasa “kurang matang”, Pak. Kalah dibandingkan, misalnya, hasil jepretan kamera Sony Xperia ion.

  14. Kalo saya malah kapok sekapok kapoknya beli ponsel android LG, pengalaman dulu beli Optimus Black, itu update ke Gingerbread aja lamaaaaa banget keluarnya. Padahal yg laen udah pada ke Jelly Bean. Udah gitu performa ROM stock nya lemot abis dan panas ke batere. Cari custom ROM juga sulit karena di luaran sana ga banyak orang yg pake LG.

  15. Pak Budi Tan,

    Benar, untuk update firmware Android, LG parah banget. Terlambatnya sungguh luar biasa.

    Dulu hal serupa terjadi pada Sony Ericsson. Namun, sejak jadi Sony, mereka telah berubah ke arah positif.

Comments are closed.