Minggu, 8 Juli 2012 pukul 08.55. Penulis telah tiba di rumah seorang teman untuk meminjam akuarium ikan louhan miliknya. Ternyata sang teman masih tidur. “Tadi malam dia baru pulang dari luar kota. Nanti saja sekitar pukul 11.00 balik ke sini lagi ya,” tukas salah satu anggota keluarga yang menemui penulis.
Tiba-tiba muncul sebuah ide. Penulis bergegas menuju sentra penjualan ikan hias. Penulis menghampiri ibu paruh baya yang menjaga sebuah kios dan mengutarakan niat penulis. Ibu itu tampak terkejut, namun sesaat kemudian mengizinkan penulis mencelupkan ponsel ke akuarium ikan hias yang dijualnya.
Permukaan luar kaca akuarium di tempat penjualan ikan itu sebenarnya kurang bersih dan jernih. Tetapi, pikir penulis, lebih baik bernoda daripada tak ada foto adegan Motorola Defy XT berinteraksi dengan ikan. Saat penulis melakukan pemotretan, beberapa calon pembeli ikan menonton dan terlihat keheranan.
Defy XT alias XT535 adalah ponsel yang telah mendapatkan sertifikasi IP67. Tindakan penulis yang iseng mencelupkannya ke akuarium air tawar selama bermenit-menit takkan membuatnya rusak. Sebab, sebuah ponsel peraih IP67 memang boleh direndam di air tawar dengan kedalaman maksimal satu meter selama 30 menit. Ponsel tersebut juga tahan debu.
Ponsel bersistem operasi Android 2.3 alias Gingerbread itu dibekali layar sentuh kapasitif 3,7 inci. Resolusinya 480 x 854 piksel. Karena diklaim memakai Corning Gorilla Glass, penulis sempat mencoret-coret layar Defy XT menggunakan gunting dan cutter. Hasilnya, permukaan layar tetap mulus. Bagaimana kalau layar dicoret memakai pisau pemotong kaca dengan ujung berlian? Entahlah. Penulis tak bisa mencobanya karena tak memiliki alat tersebut.
Sepasang kamera dibenamkan ke Defy XT. Kamera di sisi muka hanya mampu menghasilkan foto dan klip video beresolusi VGA. Wajar. Sebab, fungsi utama kamera itu sebenarnya untuk webcam.
Kamera utama berada di bagian belakang. Ia dilengkapi autofocus, lampu kilat, dan mampu menghasilkan foto beresolusi maksimal lima megapiksel. Kamera tersebut dapat pula digunakan sebagai perekam video beresolusi VGA.
Kinerja kamera Defy XT sungguh mengejutkan penulis. Meskipun spesifikasinya tampak cukup menjanjikan, performa nyata kamera itu ternyata mengecewakan. Ia gagal menghasilkan gambar yang tajam dan cemerlang. Warna objek yang terekam nyaris selalu lebih pucat daripada warna aslinya.
Prosesor 1 GHz, ROM 1 GB, RAM 512 MB, dan slot microSD yang kompatibel dengan microSD berkapasitas hingga 32 GB merupakan sebagian spesifikasi lain Defy XT. Ketika ponsel diaktifkan untuk kali pertama, terdapat sisa memori 307 MB yang dapat dipakai untuk menginstalasikan aplikasi tambahan.
Ponsel berdimensi fisik 115 x 58,5 x 11,95 mm dan berat 115 gram itu juga dibekali Wi-Fi, bluetooth, GPS, dan kompas. Asalkan didukung oleh operator GSM yang dipakai, pengguna Defy XT dapat menikmati layanan HSDPA dengan kecepatan unggah sampai 7,2 Mbps dan HSUPA 5,76 Mbps.
Fitur lain Defy XT, di antaranya, lampu senter dengan memanfaatkan lampu kilat kamera, Quickoffice Lite untuk membaca dokumen Microsoft Office, dan radio FM. Kalau mau, pengguna bisa merekam siaran radio FM yang sedang didengarkan.
Selama berhari-hari mencoba ponsel yang dijual Rp 2,888 juta itu, penulis memiliki tiga catatan minus. Pertama, seperti telah disinggung sebelumnya, kinerja kamera Defy XT jauh dari memuaskan. Kedua, biarpun berprosesor 1 GHz, ponsel dengan baterai 1.700 mAH itu sempat beberapa kali mengalami lag saat dipakai beraktivitas.
Terakhir, GPS-nya berulang-ulang gagal memberikan informasi akurat kala digunakan di daerah dengan jalan yang berhimpitan. Misalnya, penulis sebenarnya sedang berada di jalan A. Namun, GPS di Defy XT menganggap penulis berada di jalan B yang hanya dipisahkan oleh 2-3 bangunan dengan jalan A.
wah defy baru ya Om Herry..
harganya lebih murah dari pada defy keluaran sebelumnya..
kalau layar dicoret memakai pisau pemotong kaca dengan ujung berlian pasti kepotong2..
di utup ada yg ngetest defy di iket ke sepeda bmx truz dipakai freestyle loncatin ramp kaca gorila akhirnya isa retak gara2 kebanting2 tp defy masih bisa di pakai c..
Pak Ari,
Benar, ini tipe baru. Di Indonesia diluncurkan bersamaan dengan Defy Mini yang dual on GSM-GSM.
He.. he.. kalau pakai pisau pemotong kaca pasti bubar jalan ya. Pernah coba, Pak? 🙂
Itu kaca Defy-nya retak karena kena ramp atau akibat terbanting keras banget, Pak?
Om kalo bosan kasih ke saya aj.
Hebat mana sama hape nya Limbat
Pak Rifqi,
Hapenya Limbat apa nih yang dimaksud? Merek Mito? Kalau saya sih lebih pilih Motorola dengan alasan standar kualitasnya lebih jelas. 🙂
ga ngetes foto di dalam air pak ?
Pak Teh Es,
Kali ini tidak coba. Sebelumnya saat menguji pakai Defy Mini, saya sempat ngetes memotret di dalam air. Yang dijepret selang di dalam bak mandi. 🙂
Sayang dengan harga segini performanya jelek – nunggu xperia Go saja om, kabarnya cuma terpaut 400rb rupiah wae
Salam kenal bos – Enes @surabaya
Salam kenal juga, Pak Enes.
Lha ini saya pegang Xperia Go. Beda harganya nggak sampai Rp 400 ribu. Xperia Go dijual dengan harga ritel Rp 2,999 juta.
Silakan cermati timeline saya di Twitter @herrysw. Ada beberapa hasil jepretan Xperia Go yang sudah saya jepret.
Saya setuju dengan Bapak. Xperia Go lebih menarik daripada Defy XT. Andaikata layar Xperia Go lebih gede lagi sedikit, hmm… tambah nikmat untuk pengguna berjari tangan jempol semua nih. 🙂
folbek ya om herry @etpanderman – rasanya xperia go sebentar lagi masuk celana nie hehehehe
ponsel seumur hidup
Maaf baru nongol..
Kaca defy retak karena kebanting-banting kayaknya.. tp walo dah retak masih bisa dipakai bahkan masih tahan air..
ini link nya:
youtube[dot]com/watch?v=4b39izRZCy8
Pak Ari,
Terima kasih atas informasinya. Orang sering salah persepsi kalau IP67 bermakna tahan air dan boleh dibanting-banting. Padahal, IP67 hanya mengatur soal ketahanan terhadap debu dan air.