Dibandingkan tahun lalu, apalagi 2-3 tahun silam, agresivitas vendor ponsel merek lokal buatan Tiongkok telah menurun signifikan. Sebagian tidak lagi mengeluarkan tipe baru. Mereka sebatas menjual tipe lama yang menumpuk di gudang. Sebagian vendor bahkan sudah mencanangkan status vakum atau mati suri.
Walaupun begitu, kalau dicermati, masih saja ada ponsel tipe baru yang menghampiri pasar. Misalnya, Nexcom NC18 yang dibanderol Rp 239 ribu. Mengikuti tren pasar terkini, terutama untuk segmen pembeli ponsel merek lokal buatan Tiongkok, form factor-nya bukan qwerty lagi melainkan candybar.
Dengan harga yang relatif rendah, bisa ditebak kalau NC18 tidak dibekali fitur yang ektralengkap atau canggih. Buku teleponnya berkapasitas seratus nama single entry saja. Satu nama hanya dapat dipadukan dengan satu nomor telepon.
Kapasitas memori internal yang bisa dioptimalkan oleh pengguna sangat kecil. Cuma 12 kilobyte. Karena itu, menyelipkan kartu microSD ke slot memori eksternal yang tersedia tampaknya merupakan kewajiban. Tanpa kartu microSD, pengguna mustahil mengoptimalkan fitur multimedia. Jangankan membawa koleksi lagu, sekadar menyimpan satu foto pun tidak cukup.
Keterbatasan lain yang penulis jumpai, pilihan nada SMS NC18 sangat minim. Pengguna hanya mempunyai dua pilihan: membiarkan ponsel sunyi kala ada SMS masuk atau memilih tone1 yang sekaligus menjadi satu-satunya pilihan nada SMS. Pengguna tak bisa menambahkan nada SMS baru.
Apakah sama sekali tak ada sisi menarik di NC18? Untungnya ada dan kondisinya cukup menyenangkan buat pengguna yang sebatas memerlukan peranti bertelepon plus ber-SMS. Keypad ponsel dual on GSM-GSM itu tergolong nyaman. Ketika sedang mengetikkan SMS, respons menu relatif cepat. Jadi, pengguna tak perlu khawatir tampilan layar kalah cepat dibandingkan tekanan jari.
Nada dering telepon dua nomor yang siaga bisa dibedakan. Kalau mau, lagu favorit yang tersimpan di kartu microSD dapat difungsikan sebagai nada dering telepon. Untuk menghadang panggilan dari nomor yang tak diinginkan, pengguna bisa mengoptimalkan fitur black list. Hingga lima nomor telepon dapat dimasukkan ke dalam daftar hitam itu.
Fitur lain NC18, di antaranya, kamera VGA tanpa autofocus dan lampu kilat, perekam video, lampu senter, bluetooth, dan radio FM. Untuk mendengarkan siaran radio FM, pengguna harus menancapkan handsfree berkabel yang disertakan dalam paket penjualan. Karena bentuk konektornya tidak universal, pengguna tak leluasa berganti earphone.
Baterai bawaan ponsel itu kompatibel dengan baterai BL-5C keluaran Nokia. Hal tersebut mempermudah pengguna ketika kelak ingin membeli baterai cadangan maupun baterai pengganti. Untuk mengisi ulang baterai, ada dua konektor yang bebas dipilih pengguna. Pertama, memakai konektor khas alias proprietary.
Kedua, memanfaatkan konektor bundar kecil ala Nokia. Penulis telah mencoba men-charge baterai NC18 memakai charger orisinal Nokia yang rutin digunakan untuk mengisi ulang baterai Nokia Asha 302 dan X2-02. Hasilnya, sukses. Baterai NC18 terisi sampai penuh dan dapat digunakan dengan normal.